PembahasanA. Model Peneltian Tafsir 1. Pengertian Model Penelitian Tafsir Kata "model" berarti contoh, acuan, ragam, atau macam. Sedangkan penelitian berarti pemerikasaan, penyelidikan yang dilakukan dengan berbagai cara seksama dengan tujuan mencari kebenaran-kebenaran yang disimpulkan melalui data-data yang terkumpul. videopembahasan untuk mata kuliah MSI jurusan PARSYA 1 Pengertian Model Dan Tafsir "Model" berarti contoh, acuan, ragam, atau macamnya. Sedangkan penelitian berarti pemeriksaan, penyelidikan yang dilakukan dengan berbagai cara dengan tujuan mencari kebenaran-kebenaran obyektif . cash. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode serta teknis penulisan buku- buku indeks al-Qur‟an Indonesia 1984-2007. Penelitian ini dilakukan dalam bentuk penelitian kepustakaan dengan metode eksploratif, deskriptif, analitis, dan komparatif dengan pendekatan historis. Sumber primer yang digunakan adalah tujuh buah buku indeks al-Qur‟an Indonesia yang terbit antara 1984-2007 yang terdiri dari Indeks al- Qur‟an karya Sukmadjaja Asyari dan Rosy Yusuf, Konkordansi al-Qur‟an Panduan Kata dalam Mencari Ayat al-Qur‟an karya Ali Audah, Kunci Indeks dan Klasifikasi Ayat- Ayat al-Qur‟an karya Abdul Hamid Hasan Qolay, Indeks al-Qur‟an Cara Mencari Ayat- Ayat al-Qur‟an karya Bayquni, dkk., Indeks al-Qur‟an; Panduan Mudah Mencari Ayat dan Kata Dalam al-Qur‟an karya Azharudin Sahil, Indeks Terjemah al-Qur‟an al- Karim; Penuntun Mencari Ayat Mengenai Suatu Materi/ Pokok Bahasan Melalui Bahasa Indonesia karya Abdul Hamid Hasan Qolay dan Indeks al-Qur‟an Praktis karya Jejen Musfah. Sementara sumber sekundernya adalah buku atau sumber tertulis lain yann terkait dengan obyek penelitian ini. Buku indeks al-Qur‟an 1984-2007 oleh para sarjana muslim Indonesia semuanya ditulis dengan menggunakan metode alfabetik dan informasinya tersaji dalam bentuk global dan rinci. Buku-buku indeks hasil karya para sarjana Indonesia baik itu bersifat pribadi maupun secara kolektif ini tidak lepas dari pengaruh indeks al-Qur‟an karya para sarjana luar negeri. Hal ini terlihat dari referensi yang digunakan dalam penyusunan karya-karya mereka. Di antara “indeks luar” yang sering dirujuk oleh para sarjana Indonesia tersebut adalah Mu„jam al-Mufahras li alfāz al-Qur‟ān karya Abdul Baqi, Miftāh al-Qur‟ān karya Ahmad Shah, Fath al-Rahmān li Tālib Āyāt al-Qur‟ān karya ilmi Zadeh Faedullah, dan Concordance of The Quran karya Gustav Flugel. Penulisan buku-buku indeks al-Qur‟an di Indonesia yang secara faktual telah dimulai di permulaan abad ke-20 dengan lahirnya catatan-catatan sederhana yang terdapat di akhir karya- karya tafsir semisal al-Furqan karya Ahmad Hasan, Tafsir al-Qur‟an karya H. Zainuddin Hamidy dan Fachruddin HS dengan karyanya Tafsir al-Qur‟an, serta Mahmud Yunus dengan karyanya Tafsir Qur‟an Karim yang kemudian disusul dengan disusunnya karya-karya indeks, klasifikasi, kompendium, kamus, konkordansi atau ensiklopedi al-Qur‟an secara independen oleh para sarjana muslim Indonesia yang terbit di sepanjang era kontemporer merupakan suatu terobosan para ulama dan sarjana muslim Indonesia untuk membumikan ajaran-ajaran al-Qur‟an ke tengah-tengah masyarakat. Meskipun geliat penulisan indeks al-Qur‟an telah mengalami kemajuan, namun kajian yang memfokuskan pada buku-buku indeks al-Qur‟an tersebut sangat minim. Hal ini terlihat dari sedikitnya literatur yang membicarakan serta membahas hal-hal terkait dengan buku-buku indeks al-Qur‟an atau karya-karya serupa di tengah menjamurnya karya-karya yang terkait dengan penafsiran atau ilmu-ilmu al-Qur‟an di Indonesia. Di antara sedikit kajian yang membahas tentang indeks al-Qur‟an tersebut adalah Quranic Text Toward a Retrieval System karya Hani M. „Atiyah, Popular Indonesian Literature of the Quran yang diterjemahkan dengan Judul Kajian Al-Qur‟an di Indonesia; dari Mahmud Yunus Hingga Quraish Syihab karya Howard M. Federspiel, Mengenal Indeks al-Qur‟an karya Rahmat Taufiq Hidayat, Ali Audah dalam pengantar buku indeksnya juga menjelaskan beberapa hal terkait dengan indeks di Indonesia, serta Izza Rahman dalam tulisannya yang berjudul Karakteristik Kajian al-Qur‟an di Indonesia. Oleh sebab itu, di tengah-tengah minimnya literatur yang memfokuskan kajiannya pada buku-buku indeks al-Qur‟an indonesia diharapkan kajian ini bisa memberi sedikit kontribusi untuk memperkaya khazanah literatur keilmuan tersebut. [sh] Dinamika studi tafsir Al-Qur’an terus berkembang seiring munculnya berbagai problematika kehidupan. Untuk dapat menyelesaikan berbagai macam permasalahan yang muncul, maka mufassir membutuhkan metode tertentu yang bertujuan untuk menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an berdasarkan kaidah-kaidah yang metode yang digunakan oleh mufassir sangatlah beragam, serta tidak bisa terlepas dari kelebihan dan kekurangan. Perbedaan latar belakang sosial mufassir, keilmuan yang dimiliki, serta budaya merupakan beberapa hal yang dapat memberikan keberagaman dalam penafsiran. Maka, menjadi wajar jika dalam kajian tafsir muncul penafsiran sesuai dengan latar belakang yang kemudian bagaimana metode dalam penafsiran Al-Qur’an yang digunakan oleh para mufassir? Berikut penjelasannya Kata “metode” berasal dari bahasa Yunani methodos, yang berarti cara atau jalan. Dalam bahasa Inggris ditulis dengan method, dalam bahasa Arab diterjemahkan dengan thariqat dan manhaj, serta dalam KBBI, mengandung arti “cara yang teratur untuk mencapai suatu maksud dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya”. Jadi, metode adalah salah satu sarana yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah “tafsir” berasal dari kata fassara-yufassiru yang berarti menerangkan atau menjelaskan. Tafsir juga berarti al-ibanah menjelaskan makna yang masih samar, al-kasyf menyingkap makna yang masih tersembunyi, dan al-izh-har menampakkan makna yang belum jelas. Jadi, tafsir adalah suatu hasil pemahaman atau penjelasan seorang mufassir terhadap Al-Qur’ penafsiran Al-Qur’an dalam hal ini adalah suatu cara yang sistematis dengan menggunakan kacamata tertentu yang digunakan untuk menafsirkan Al-Qur’ studi tafsir, setidaknya terdapat empat metode yang cukup populer dikalangan Metode Tahlili AnalitisMetode Tahlili adalah metode tafsir yang ayat demi ayat, surat demi surat, sesuai tata urutan mushaf Utsmani dengan penjelasan yang cukup terperinci. Menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an dari keseluruhan aspeknya, seperti aspek asbab nuzul, aspek munasabah, aspek balaghah, aspek hukum dan lain dimulai dari pembahasan kosakata, baik dari sudut makna dan bahasanya maupun dari sudut qira’at dan konteks struktur ayat, kemudian munasabah ayat dan sebab turunnya, sampai pada syarah ayat, baik dengan menggunakan riwayat-riwayat dari Nabi, para sahabat, tabi’in, maupun dengan menggunakan pendapat mufassir sendiri sesuai dengan latar belakang sosial dan dilihat dari segi kecenderungan para mufassir, metode tahlili terbagi menjadi tujuh bagian, yaitu tafsir bi al-ma’tsur, tafsir bi ar-ra’y, tafsir as-shufi, tafsir al-fiqhi, tafsir al-falsafi, tafsir al-ilmi, tafsir al-adabi al-ijtima’i. Adapun penjelasannya sebagaimana berikut 1. Tafsir bi al ma’tsur adalah penafsiran ayat Al-Qur’an dengan ayat Al-Qur’an yang lain, dengan riwayat dari Rasul SAW, dan dengan keterangan para sahabat Rasul SAW. Ada juga yang menambahkan dengan para tabi’in, yakni generasi sesudah sahabat-sahabat Rasul SAW. Misalnya, kitab Tafsir Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an karya Ibnu Jarir at-Thabari, Tafsir al-Qur’an al-Adzim karya Ibnu Tafsir bi ar-ra’y adalah penafsiran Al-Qur’an berdasarkan pada penalaran. Misalnya, kitab Tafsir Mafatih al-Ghaib karya Fakhruddin ar-Razi, Tafsir Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Ta’wil karya Tafsir as-shufi adalah penafsiran Al-Qur’an yang pembahasannya lebih menitikberatkan pada teori-teori sufistik dengan mencari makna batin. Misalnya, kitab Tafsir Al-Qur’an al-Karim karya at-Tusturi, Haqaiq at-Tafsir karya Tafsir al-fiqhi adalah penafsiran Al-Qur’an yang pembahasannya lebih menitikberatkan pada aspek hukum fikih. Misalnya, kitab Tafsir Ahkam Al-Qur’an karya al-Jashash, Tafsir Jami li Ahkam al-Qur’an karya Tafsir al-falsafi yaitu penafsiran Al-Qur’an yang dikaitkan dengan persoalan-persoalan filsafat. Misalnya, kitab Tafsir al-Kasysyaf karya Tafsir al-ilmi adalah penafsiran Al-Qur’an yang menggunakan teori-teori ilmiah untuk menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an. Misalnya, kitab al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur’an al-Karim karya Thantawi Tafsir al-adabi al-ijtima’i yaitu penafsiran Al-Qur’an yang cenderung kepada persoalan sosial kemasyarakatan dan mengutamakan keindahan gaya bahasa. Tafsir jenis ini lebih banyak mengungkapkan hal-hal yang ada kaitannya dengan perkembangan kebudayaan yang sedang berlangsung. Misalnya, kitab Tafsir al-Manar karya Muhamad Abduh dan Rasyid M. Quraish Shihab, metode tahlili diibaratkan seperti menyajikan hidangan dalam bentuk “prasmanan”. Para tamu dipersilahkan memilih apa yang dikehendakinya dari aneka hidangan, mengambil sedikit atau banyak. Walaupun demikian, diguga keras masih ada hidangan yang dibutuhkan tamu tetapi tidak terhidang disana. Disisi lain, para tamu pasti akan repot mengambil dan memilih sendiri apa yang dari metode tahlili adalah mempunyai ruang lingkup yang luas dan memuat berbagai ide serta gagasan-gagasan. Sedangkan kekurangannya adalah menjadikan petunjuk al-Qur’an bersifat parsial, melahirkan penafsiran secara subjektif, dan sudah masuk pemikiran Metode Ijmali GlobalMetode ijmali adalah metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara mengemukakan makna yang bersifat global dengan menggunakan bahasa yang ringkas sehingga mudah dipahami. Mufassir menghindari uraian yang bertele-tele serta istilah-istilah dalam ilmu-ilmu Al-Qur’an. Dalam bahasa lain, mufassir menjelaskan pesan-pesan pokok dari ayat yang M. Quraish Shihab, metode ijmali diibaratkan seperti menyodorkan buah segar yang telah dikupas, dibuang bijinya dan diiris-iris, sehingga siap untuk segera disantap. Misalnya, kitab Tafsir Jalalain karya Jalaluddin al-Suyuthi dan Jalaluddin al-Mahalli, Tafsir Al-Qur’an al-Adzim karya Muhammad Farid metode ijmali adalah lebih praktis dan mudah dipahami, bebas dari penafsiran israiliyat, serta akrab dengan bahasa Al-Qur’an. Sedangkan kekurangannya adalah menjadikan petunjuk Al-Qur’an bersifat parsial, karena tidak adanya ruang untuk mengemukakan analisis yang Metode Muqaran KomparatifMetode Muqaran adalah metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an dengan membandingkan ayat al-Qur’an dengan Hadis, atau pendapat satu tokoh mufassir dengan mufassir lain dalam satu atau beberapa ayat yang ditafsirkan, atau membandingkan Al-Qur’an dengan kitab suci lain. Metode ini lebih bertujuan untuk menganalisis persamaan dan perbedaan dalam penafsiran Al-Qur’an, daripada menganalisis metode muqaran adalah memberikan wawasan yang relatif lebih luas, karena membuka pintu untuk selalu bersikap toleran terhadap pendapat orang lain yang terkadang kontradiktif. Selain itu, berguna juga bagi yang ingin mengetahui berbagai pendapat tentang suatu ayat. Sedangkan kekurangannya adalah tidak cocok bagi para pemula karena pembahasannya terlalu luas, kurang diandalkan untuk menjawab permasalahan, terkesan lebih banyak menelusuri penafsiran-penafsiran yang pernah diberikan oleh ulama daripada mengemukakan penafsiran-penafsiran Metode Maudhu’i TematikMetode Maudhu’i adalah metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an dengan mengambil suatu tema tertentu. Kemudian mengumpulkan ayat-ayat yang terkait dengan tema tersebut, lalu dijelaskan satu persatu dari sisi penafsirannya, dihubungkan antara satu dengan yang lain sehingga membentuk suatu gagasan yang utuh dan komprehensif mengenai pandangan Al-Qur’an terhadap suatu tema yang dimulai dari penghimpunan ayat-ayat yang setema, kemudian menyusunnya menurut urutan turunnya ayat, serta dengan mempertimbangkan sebab turunnya. Selanjutnya, menjelaskan keterkaitan ayat-ayat tersebut serta memberi komentar dari berbagai aspek terutama term-term kunci dengan pertimbangan analisis dan ilmu yang valid sehingga membentuk kesatuan konsep dan memungkinkan untuk menarik kesimpulan. Oleh karenanya, tafsir dengan metode maudhui, pada hakikatnya adalah tafsir ayat dengan M. Quraish Shihab, metode maudhu’i diibaratkan seperti menyajikan hidangan dalam bentuk “nasi kotak”. Di dalam kotak tersebut telah ada sajian yang biasanya menyenangkan. Sudah ada juga air minum dan buah penutup hidangan. Namun demikian, yang disodori kotak tersebut, suka tidak suka harus menerima apa yang telah metode maudhu’i adalah menjawab tantangan zaman yang ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan, praktis dan sistematis serta dapat menghemat waktu, dinamis sesuai dengan tuntutan zaman, membuat pemahaman menjadi utuh. Sedangkan kekurangannya adalah memenggal ayat yang mengandung permasalahan berbeda, serta membatasi pemahaman A’lam AbstractBuku yang ada di tangan Anda adalah hasil pengalaman riset dan mengajar matakuliah metode penelitian al-Qur’an dan tafsir, selama kurang lebih lima tahun. Setelah penulis merenungkan cukup lama dan mencoba mengendapkan berbagai ide dan gagasan pemikiran terkait dengan riset al-Qur’an dan tafsir, penulis merasa perlu untuk menuliskannya dalam sebuah buku teks atau buku daras. Sebab, memang tidak banyak – untuk tidak menyebut tidak ada-buku yang secara khusus membincang metodologi penelitian al-Qur’an dan tafsir. Apalagi dalam buku ini penulis mencoba melengkapi pembahasan dalam setiap model penelitian dengan contoh kasus riset dan contoh proposalnya, sehingga memudahkan bagi para mahasiswa untuk mencoba mengikuti model-model tersebut. Secara garis besar buku ini mencoba menjelaskan tentang bagaimana mestinya para mahasiswa, baik S1, S2, maupun S3 dan juga para dosen memiliki gairah untuk melakukan riset, dalam rangka mengkonstruksi dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Sebab hanya dengan mengembangkan tradisi dan budaya riset, ilmu pengetahuan akan terus mengalami dinamika signifikan. Sisi lain, tugas dan tanggung jawab ilmuan, mahasiswa, dosen dan para akademisi bukan sekedar menghafal pengetahuan yang sudah ada, akan tetapi terus melakukan “jihad kreatif” untuk mengembangkan budaya intelektual-akademik demi kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan. Terlebih kalau kita menyadari bahwa al-Qur’an dan Tafsir dalam ruangruang sosial terus mengalami gerak yang sangat dinamis. Oleh sebab itu, membiarkan al-Qur’an dan Tafsir dalam “kebekuan”, di tengah-tengah tantangan dinamika sosial keagamaan masyarakat kontemporer sama halnya dengan “mengkufuri” nikmat Allah Swt. Untuk itu, bagi para dosen mahasiswa dan pecinta ilmu, semangat mengkaji dan meriset al-Qur’an dan produk-produk tafsir menjadi sebuah keniscyaan. Sebab kehadiran al-Qur’an dan seluruh gagasan tentang tafsir juga merupakan produk dan proses dialektika teks dan realitas. Jangan sampai al-Qur’an dan juga tafsir yang sedemikian kaya ide dan gagasan di dalamnya, dicampakkan begitu saja tanpa dipelajari dan teliti untuk dikembangkan dan diaktualisasikan, seiring dengan dinamika tantangan dan perubahan sosial. Dalam buku ini mencoba memetakan model-model penelitian al-Qur’an dan tafsir menjadi lima model. Pertama, penelitian tematik dirâsat al-mawdlû’iyyah yang tekanannya pada topik atau tema dan isu yang ada dalam al-Qur’an. Kedua, penelitian tokoh dirâsat fi rijâl al-mufassirîn wal musytasyriqîn, yang tekanannya pada pemikiran tokoh mufassir, baik dari sarjana muslim maupun orientalis, baik bersifat individual maupun kolektif. Ketiga, penelitian Living Qur’an dirâsat fi al-Qur’ân al-hayy, yang fokusnya pada bagaimana praktik masyarakat berinteraksi dengan al-Qur’an, apa maknanya dan bagaimana relasi antara teks ayat al-Qur’an dengan praktik sosial di masyarakat. Sebab di situlah perbedaan penelitian living Qur’an dengan penelitian sosial keagamaan secara umum. Keempat, penelitian makhtuthât melalui pendekatan filologi baca Tahqîq al-Kutub/Makhtuthât, yang fokusnya pada kajian manuskrip, teks-teks masa lalu yang belum dipublikasikan. Misalnya, makhtuthât tafsir karya Kyai Shaleh Darat al-Samarani, yang berjudul Faidl al-Rahmân min Tarjamati Kalâm Malik al-Dayyân, sebuah karya kitab tafsir berbahasa Jawa yang pertama kali atas permintaan Kartini. Tafsir ini bernuasa sufistik dan juga mengandung elemen kultur Jawa. Sehingga sebagai produk tafsir lokal, ia tentu sangat layak untuk diriset. Kelima, Penelitian komparatif Dirâsat muqâranah, yang fokusnya pada kajian membandingkan antara satu tokoh dengan tokoh lain, atau satu kawasan dengan kawasan yang lainBookPeerReviewedTafsir Al Qur'an - MetodeSimilar works

model model penelitian tafsir